KAMPANYE DONAL TRUMP DAN MUATAN RASIS SERTA ISLAMOPHOBIA
A.
PENDAHULUAN
Donal
trump merupakan bakal calon presiden amerika serikat yang berasal dari partai
republic. Tentunya hal yang lumrah apabila seorang bakal calon presiden
berusaha menarik perhatian dan dukungan konstituennya dengan melakukan
kampanye. Kampanye-kampanye ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
mulai dari memanfaatkan social media, iklan di media public ataupun melakukan
kampanye lewat orasi terbuka dihadapan orang-orang yang menjadi pendukungnya.
Sebagai
calon presiden, membangun personal
branding menjadi sangat penting. Karna simpati masyarakat akan terbangun
saat seorang calon pemimpin mampu memoles personal brandingnya dengan baik.
Saat simpati masyarakat terbentuk, disanalah dukungan terhadap calon pemimpin
tadi akan mengalir serta pada akhirnya besarnya dukungan tersebutlah yang
menentukan sampai atau tidaknya calon pemimpin tadi berada di posisi puncak.
Oleh sebab itu, keberadaaan kampanye khususnya kampanye dalam bentuk orasi
politik sangat penting dijalankan oleh donal trump selaku calon presiden
amerika serikat.
Namun
kampanye-kampanye yang dilakukan oleh Donal Trump ternyata menuai banyak protes
dari kalangan masyarakat amerika sendiri. Kampanye-kampanye politik donal trump
menimbulkan banyak pro dan kontra. Tidak hanya di kalangan masyarakat, bahkan
presiden amerika serikat barrack obama juga menyatakan keresahannya terhadap
kampanye-kampanye yang dilakukan trump. Pola kampanye trump juga dikecam oleh
lawan politiknya Bernie sanders daan Hillary clinton[1].
Bernie sanders dan Hillary Clinton berkomentar pasca tuduhan yang dilancarkan
Trump terhadap Bernie sanders yang dianggap sebagai penyebab ricuhnya kampanye
Trump di Arizona. Menurut Bernie sanders “Apa yang menyebabkan terjadinya
kekerasan dalam kampanye Trump adalah karena seorang kandidat yang
mempromosikan kebencian dan perpecahan terhadap warga Amerika Latin, warga
Muslim, kaum perempuan dan difabel, dan serangan-serangan terhadap legitimasi
Presiden Obama,"
B.
MUATAN
RASIS SERTA ISLAMOPHOBIA DALAM KAMPANYE TRUMP
Kampanye
donal trump dianggap bermuatan rasis dan islamophobia. Sebelum mencalonkan diri
pun, trump terkenal sebagai sosok yang anti islam dan anti imigran. Bentuk
kampanye trump yang rasis dapat terlihat dari beberapa kasus dan pernyataannya
yang mengecam keberadaan imigran asal suriah. Trump bahkan menuduh pengungsi
asal suriah yang lari ke negaranya tergabung dalam ISIS[2].
Tentu saja tuduhan yang dilancarkan donal trump menimbulkan efek negative
terhadap pengungsi asal suriah, mereka menjadi orang yang selalu dicurigai
bahkan dibenci oleh masyarakat yang terprovokasi oleh kampanye Donal Trump.
Bahkan trump juga berkeras bahwa Obama tidak dilahirkan di Amerika, memalsukan
akte kelahirannya dan tidak layak menjadi presiden[3].
Pernyataan-pernyataan donal trump seperti ini tentunya membuat masyarakat
menjadi tersekat-sekat dan menyuburkan paham sektarianisme.
Pengusiran
terhadap wanita berjilbab rose hamid yang datang di arena kampanye trump,
Carolina utara pada 8 januari 2016 semakin menegaskan bentuk diskriminasi donal
trump terhadap muslim. Padahal rose hamid datang dengan baju kaos bertuliskan “salam, I come in peace”. Namun trump
merasa terganggu dan memerintahkan orang-orang untuk menyeret perempuan itu
keluar dari arena kampanye.
Kampanye Trump di Aiken, South
Carolina juga diwarnai protes terhadap kampanye trump yang dinilai
Islamophobia. Bedanya, jika rose hamid melakukan protes diam, jibril hough
malah meneriakkan bahwa “islam bukan masalah” saat trump berorasi mengenai
ekstremis radikal muslim. Akibatnya jibril juga dikeluarkan dari lokasi
kampanye Trump.
Trump berkampanye dengan mengobarkan
dan mendiskriminasikan pihak-pihak imigran, serta membakar kebencian masyarakat
amerika serika terhadap kaum muslim. Trump selalu mengait-ngaitkan bahkan
menuduh teroris adalah muslim. Bahkan yang terparah trump sempat memprovokasi
masyarakat amerika serikat untuk meminta agar Muslim dilarang masuk ke Amerika
Serikat[4].
Ini adalah sebuah pernyataan yang ditentang banyak orang, Gedung Putih, hingga
para petinggi dunia.
C.
ANALISA
KAMPANYE TRUMP DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Kampanye
donal trump kemungkinan besar dipengaruhi oleh identitas sosial yang
dipilihnya. Ada beberapa jenis identitas sosial yang saling berhubungan,
diantaranya :
1. Identitas
rasial
2. Identitas
etnis
3. Identitas
gender
4. Identitas
nasional
5. Identitas
regional
6. Identitas
organisasi
7. Identitas
pribadi
8. Identitas
dunia maya dan identitas khayalan[5]
Identitas
merupakan produk dari keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok. Manusia
memperoleh dan mengembangkan identitas mereka melalui interaksi mereka dalam
kelompok budaya mereka. Dalam hal kampanye trump di amerika, didukung dengan
konsep identitas rasial yang di anut warga amerika. Konsep identitas sosial di
amerika berhubungan dengan warisan historis seperti perbudakan, penganiayaan
suku Indian di amerika, isu hak sipil dan peningkatan imigran[6].
Hal ini lah yang dimanfaatkan trump dalam kampanyenya guna meraup dukungan dari
warga amerika melalui penguatan ras tertentu dan pendiskriminasian ras lainnya
terutama para imigran pendatang. Trump membakar semangat sebagian warga amerika
untuk menunjukkan identitas rasialnya dengan mendiskriminasikan ras lainnya.
Terhadap
umat islam, Donal Trump memanfaatkan stereotype masyarakat amerika yang sudah
lama dibangun pasca peristiwa 11
september 2001. Retorika dan informasi yang berkembang tentang konflik antara
iran dan irak, konflik di Afghanistan serta yang terakhir penyerangan atau
ancaman teroris oleh ISIS. Imigrasi telah menyebabkan islam menjadi agama
terbesar ke dua di Amerika serikat.
Mungkin factor ini juga yang membuat Donal Trump mengusulkan untuk tidak
menerima muslim di amerika dan membenci para imigran dari luar yang masuk ke
amerika.
Stereotype
merupakan susunan kognitif yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, dan
harapan sipenerima mengenai kelompok sosial manusia[7].
Tidak semua stereotype itu negative, ada juga stereotype yang positif. Contoh
stereotype yang negative misalnya orang batak terkenal kasar, padahal tidak
semua orang batak kasar. Contoh stereotype yang positif misalnya, orang cina
pintar dalam hal berdagang. Adler mengingatkan kita akan efek membahayakan dari
stereotype dalam komunikasi antar budaya sebagai berikut
Stereotype
menjadi masalah ketika kita menempatkan orang di tempat yang salah, ketika kita
menggambarkan norma kelompok dengan tidak benar, ketika kita mengevaluasi suatu
kelompok dibandingkan menjelaskannya, ketika kita mencampuradukkan stereotype
gengan gambaran seseorang atau individu dan ketika kita gagal untuk mengubah
stereotype berdasarkan pengamatan dan pengalaman kita yang sebenarnya[8]
Sayangnya stereotype
yang dibangun terhadap umat islam di amerika merupakan stereotype negative.
Stereotype ini berkembang menjadi prasangka terhadap setiap orang islam yang
mereka temui. Prasangka dalam arti luas merupakan perasaan negative yang dalam
terhadap kelompok tertentu. Sentiment ini kadang meliputi kemarahan, ketakutan,
kebencian dan kecemasan. Dalam kampanye Trump, stereotype terhadap umat islam
dan pendatang dikembangkan menjadi prasangka yang menimbulkan kebencian
terhadap imigran maupun terhadap umat islam yang berada di amerika. Jika
pola-pola kampanye Trump terus dipertahankan maka kemungkinan akan timbul
konflik yang lebih serius diakibatkan gagalnya komunikasi antar budaya di negara
multikultur tersebut.
Komentar
Posting Komentar